Rabu, 07 Juli 2010

Jauh dekat
Didepan tampak dekat
Dibelakang ingin ku pegang erat
Kemudian kucoba menyapa
Tetapi kata tak mau ber suara
Tubuh ini beku diamku membatu
Semua angan kini muncul
Semua tannya kini menggema
Tapi hati jauh berbunga








Penemuan kalbu
Ketika menyelam dalam hati
Mencari didasarnya hati
Kewmarin, dulu dan nanti
Seakan terbayang penuh mimpi
Dalam loro ng pekat penuh penat
Kucoba cari sesosok malaikat
Tapi tak bisa kudapat
Kuraba apalagi ku lihat
Berbingar dalam bising
Bersababda dalam bara
Tetapi tak ada penemauan hatiku
Kemudian menyerah dalam amarah
Malolong bagai srigala
Malukah, sadarkah, hinakah ??
Tidak karena setiap manusia punya hati dan otak
Tapi aku tidak
Semua hilang tak nampak
Karena belum ada penemuan qolbu
Tiba-tiba langit menggema
Disitu muncul bidadari surga
Manampakkan keagungan cinta
Dalam hati terus bertanya
Sipa dia sebenarnya
Dalam bimbang aku tau dialah kamu
Dan aku jadi yakin inilah qalbu











Mauku
Ketika dekat semua terlihat
Dibawah rimbun bambu
Diantara hembusan sang bayu
Diatas hamparan tanah coklat
Dalam kepenuhan riuh penat
Jarak kita memang dekat
Tapi hati yang pekat belum dapat mengungkap
Kata hati yang selalu ingin kudapat
Dalam tangis dalam luka semua tak pernah sirna
Karna semua adalah cinta
Bermodal cinta ku menghadap sang pandita ratu
Berbalut rindu kumasuk istana putih biru
Dari hati dan lidah terucap kalimat Satu
Hati ini sepi belum terisi
Karna itu ku mau ratu sudi mengisi


Bekumu
Bekumu buatku pilu
Bekumu mendatangkan tanyaku
Menggema mengeras hati dalam tanya
Detengah ujian akhir semester masanya
Disaat kesibukan belajar tepatnya
Masih dan harus menunggu cairnya bekumu
Diantara bimbangnya kata tolak atau ajak
Bekumu begitulah saat menunggu
Kamu beku aku membatu








Diam
Telah lama bibir ini diam
Tepatnya empat tahun yang kelam
Semua berlalu tanpa kata
Semua berlalu tanpa terungkapnya rasa
Yang kulakukan hanya mengamati lewat mata
Yang mampu mendefinisikan dumia
Dari mata semua berawal
Dari mata semua kukenal
Tapi semua tetap saja diam
Semua tetap tak terungkap
Tepatnya emat tahun yang kelam






Sepi
Sedahsyat halilintar dia itu pergi
Secepat cahaya sepi itu berseri
Sepekat kelam hati itu hitam
Dalam gerhana sepi itu nyata
Berlari kehutan lalu tersesatlah
Terkubur dalam jurang amarah
Disulamnya jaring setan
Disebarkannya benih luka
Disiramkannya racun jingga
Tampak nyata neraka dari seorang hawa
Matanya tergenang
Senyumnya beku
Tak tega ku melihatnya begitu pilu
Karna siapa dia jadi begitu
Semau karna sabda pandita ratu
Yang menghentikan waktu

Harapan
Ingin berlari ku ingin hadir ku
Bergabung bersama membentuk makna
Yang terdengar begitu indah ditelinga
Menjadi harapan menabuh jiwa
Menjalani dunia bernama cinta
Sepi takan kembali
Bara takan terasa
Apalagi luka semua sirna
Indah memang jika ini menjadi nyata
Sebelum bahasa mendefinisikan semua
Sebelum alam menggambarkan semua
Sebelum waktu memberi ruang
Sebelum cahaya memberi bayang
Aku hanya berharap semoga ini jadi nyata



Ada
Ketika tumbuh tak tersentuh
Ketika trucap semua terungkap
Dalam kata ada makna
Dalam bicara ada suara
Dalam hati ada jiwa
Dalam cinta ada apa ?
Dalam otak kalimat itu terus terbayang
Terbanng berkelana si kalimat
Mencari jawaban?
Sampailah kedalam nurani
Saat itu kutahu jawabnya
Ada cinta ada kamu





Detik Terakhir
Saat gerimis mengalir
Saat takbir menggema melayang
Ditengah ketenangan dalam jalan
Kuberjalan bersama seorang pujaan
Kumenunggu detik terakhir
Kumenung gu sabda dari gadis yang mahir
Mahir mencuri hati kala itu
Detik terakhir dari sebuah tanya
Detik terakhir dari kata yang kudamba
Setelah lama menanti
Ternyata ini detik terakhir cintaku mengalir






Jawab dan Korban
Setehal ditunggu
Setelah kuragu
Akhirnya cairlah bekumu
Bersama gerimis yang mengalir
Bersama takbir yang agung
Akhrinya kutahu jawaban dari se gala ragu
Kamu tak bisa mengisi hati
Kamu menolak permintaan hati
Dimalam qurban
Kini hatiku jadi korban
Hati jadi kobaran
Trbakar bersama cinta yang duka
Satu lagi masa kelam bersemi
Satu lagi luka menganga dalam hati



Dewi
Seorang dewi mwnyanyikan nyanyian kasih
Awan sedu awan beku mendadak enyah
Mentari ikut menari
Bunga bersemi burung mengiringi
Tepatlah keindahan surgawi
Semua karna nyany ian sang dewi
Kian lama tampak nyata warna sang dewi
Warna yang sangat kusuka
Kemudian mendekat ku
Baru kali ini kulihat keindahan dari sang hawa
Hati bertanya mungkin sama kala adam melihat hawa untuk yang pertama
Inikah cinta inikah wanita
Inikah dia yang hanya dicipta untuk ku??
Kini aku percaya pada keindahan cinta
Setelah ku melihat dengan mata
Mendengar suaranya dengan telinga
Merasakan dengan jiwa

Cuma
Cuma malam menemani
Cuma gerimis engiringi tangis
Cuma pakaian melekat
Menyembunyikan hati yang pekat
Cuma senyap mampu mengusap
Cuma angin yang membawa lenyap
Cuma kebisuan dalam Cuma
Sebelumnya hati butuh
Tapi kini jadi tak utuh
Semua runtuh bersama Cuma
Cuma bidadari bakal paham dukaku
Tapi semua tinggal Cuma bersama Cuma





Gila
Sebelumnya ini cinta
Tapi kini jadi gila
Sebelumnya semua damba
Tapi kini jadi gila
Bersama ucapan yang terdengar gila
Bersama keadaan yang terus menggila
Awan berduyun-duyun
Langit runtuh tergusur
Hutan bersepi-sepi
Bulan jatuh
Laut bergolak-golak
Hati mulai terkampak
Patah dan pecah jadi sampah
Otak,hati sirna bersama keadaan gila



Otak dan Hati
Dengarlah teriakku
Perhatikanlah ucapanku
Sebelum kau sadar dan tahu
Sebelum sabdamu ingatlah pesanku
Dalam masalah dalam bara
Gunakan kata dari jiwamu
Bahwa setiap manusia punya hati dan otak
Dalam otk ada logika
Dalam hati ada nurani
Sungguh kombinasi yang tak pantas buwat sakit hati
Buwat neraka dari setiap menit






Mencari
Bayu membawa perlahan
Behembus dalam kesunyian malam waktu
Tak berrarah tak terarah
Entah kemana ku tak tahu
Ku mencari di tanah batu
Tapi yang ada hanya hati yang beku
Terlepas dari sang bayu berlari sendiri
Tapi malah ku lupa pa yang kucari
Diatas ada bintang kemilau
Dipandang sepi tak bernyanyi
Pedih piluh jiwa menggaduh
Menahan peluh pulang kerumah
Mengkaji hati mengenali diri
Dan mengingat apa yang ku cari
Sampai ke mimpi hati
Ternyata disitu damai menanti
saat itu kutahu Apa yang kucari
damai disisi bidadari
Bunga
Kata bunga terdengar begitu indah ditelinga
Apalagi jika digabung dengan kata hati
Maka akan tampak serasi
Melebihi keserasian pelangi
Karna itu adalah bun ga hati
Bunga dari tunas ini
Tunas yang kau tanam dari benih kasih
Berpupuk rindu bermedia rasa
Dan tumbuh karna cinta








Tengah malam
Tengah malam kusendiri
Ku terbangun dari mimpi
Dikesunyian aku berdiri
Dan waktu seakan berhenti
Bulan sembunyi
Kelelawar bernyanyi
Kulihat bulan kaku
Kudengar nada nada sendu
Berbaring kucoba tuk menutup mata
Menghilangkan semua tanya
Menutup keadan tengah malam
Membuang semua kelam
Melupakan semua keadaan
Dan rasa masa silam



Pertempuran Hati
Udara dingin mengalir menyebabkan menggigil
Udara panas berhebus membuat gerah
Semua tak bisa kulihat
Tapi semua bisa kurasa
Seperti udara yang mengalir dalam nyawa
Seperti oksigen disetiap nadi
Begitulah pertempuran hati saat ini
Tak dapat kumenghindar
Tak sanggup pula bersinar
Redup igin kubuang
Tapi tak bisa dalam pertempuran hati
Yang mengalir bersama nadi dalam raga
Bahjan disetiap hembusan nyawa
Ku tersiksa bersama luka
Hatiku bicara otaku bersabda
Tak ada persamaan antara naluri hati dan logika
Sungguh membuat ramai pertempuran hati
Sungguh riang nyanyian setan
Mimpi
Semua hanya mimpi
Kutahu setelah ku tak bisa dekat denganmu
Ku datang
Kau pergi
Kau pergi angan ku mengabur
Setiap kau dekat ku merasa hangat
Tapi itu hanya mimpi dalam hati
Yang tak jelas kapan menjadi realiti
Semakin sakit hati yang tersesat dialam mimpi
Bunga ku tak berseri
Mimpiku masih mimpi
Realiti tak bisa mengiringi larinya hati





Percintaan Masa Remaja
Percintaan masa remaja
Begitulah mereka menyebutnya
Itulah yang banyak kulihat saat ini
Dalam keterbatasan kosa kata
Kucoba mendefi nisikan yang kini kualami
Dalam sedikit pengalaman kucoba mengerti
Percintaan masa remaja
Sebuah pondasi pengenalan cinta manusia
Membangun istana dimasa dewasa








Selimut beku
Ada selimut beku
Perlahan dan tak menentu
Kian lama semakin merayu
Tak sadar hiti pun terbelenggu
Mengkelam hati mengkabut sepi
Menusuk perih
Mencabut lirih
Terseentak hati m erontak
Belenggu pun mencoba meraih otak
Otak pun menjadi budak
Terselimut beku
Terselubung ragu
Logika berlalu hati membatu




Pagi
Sinar mentari menyeka hati
Maka ku tahu sudah pagi
Bulan pergi maka kutahu hari sudah berganti
Dari timur ada cahaya putih
Turun kesosok kasih
Menyentuh lirih dan membelai penuh kasih
Tampak indah dalam pelangi pagi
Begitulah pagelaran pagi hari
Peneman rutinitas suci








Sekitarku
Ditimur sepi Dibarat merinti
Sakit sekali keadaan hati
Diutara menangis Diselstan terkikis
Pikiran pun jadi pesimis
Lalu kebawah
Dibawah malah terasa neraka
Lalu keatas
Malah semakin panas
Pelangi hanya ilusi
Mentari sembunyi
Gerhana mengisi
Tapi itu dulu sebelum denganmu
Kini ditimur ceria Dibarat menyanyi
Indah sekali keadaan hati
Diutara tertawa Diselatan berbunga
Semua bersama hawa
Diatas laksana surga Dibawah indahnya dunia
Beraksi
Suhu dingin disekitar raga
Kukira nyata tapi tak ada rupa
Oksigen kuhela mengisi nadi
Berjalan melalui arteri
Terus menjelajah sampai kehati
Saat sampai ada reaksi yang terjadi
Bereaksi dari suhu dingin dan aksi hati
Tak kumengerti yang terjadi
Tapi kutahu itu nyata
Semua berawal dari O2 yang kuhela
Tapi tak berati jika tak bertemu hati
Hati yang dipenuhi akanpertemuan tadi
Pertemuan aku dengan seorang gadis
Yang kemudian mengisi hati



Sepi tanpamu
Hari ini detik berlalu bagai mencekik
Menit mengalun mendesak
Sesak memuncak dalam otak
Hariku jauh bagai musuh
Minggu ini sepi pagi ini menagis
Siang ini meronta
Malam ini marah
Kenapa semua?
Karena hari tak ada hati
Tak ada isi puisi
Tek bertemu sang dewi
Karna hari ini tanpa mu
Menit adalah kamu
Jam adalah kamu
Hari adalah kamu sepiku tanpamu


Jauh
Ketika senyum itu jauh
Ada tanya berseri
Ketika tawa itu lenyap
Maka datanglah senyap
Ketika tatapan itu jauh
Ada rindu menggaduh
Ketika kata jauh trcipta
Ada tangis dijiwa









Dari 5 Tahun
Pertama bertemu tak kukenal kamu
Tak ada yang beda dari kamu
Tamak sama dengan perempuan yang ada disekitarku
Yang beda hanyalah kamu tampak lugu
Pertemuan kedua telah kukenal namamu
Tapi tak jauh berbeda dengan yang dulu
Kamu masih tampak lugu
Hari bergati dengan hari yang lain
Musim berlalu secepat lilin
Sekian purnama berlalu tanpa tegur sapa
Hari ini tepat 5 tahun
Saat itu mulai kusadari
Kau tamapak lebiih berseri
Bibir mungil,tubuh kecil juga wajah imut
Itulah gambaranmu saat ini
Yang perlahan mulai kusadari dan semakin kunanti
Aku tak menyangka kamu begitu indah,begitu merekah
Kini Berdebar hati Mendetak jantung Melamun rindu
Kutahu aku tak begitu sempurna bagimu
Aku hanya pengungkap bisu
Tapi yang jelas kini ku tahu
Aku cinta kamu













Caci
Sakit hati karna caci
Kucoba kirim puisi
Tapi malah aku dimaki
Kalau tak suka janganlah mencaci
Karna puisi adalah hati
Kau hina puisi kau lukai hati ini
Aku tak minta dihargai
Yang aku minta hanya jagan kau lukai
Caci sungguh setajam belati
Sesakit sepi sebusuk tai
Bekasnya pun abadi






Kecewa
Lukaku semakin mengangah
Hatiku semakin lelah
Kecewa semakin parah
Kini hati tak terkontrol dan menjadi amarah
Marah, marah dan marah
Kini marah mengalahkan logika
Dendamku membatu
Karna kelakuan ratu yang angkuh
Mengukirkan prasasti benci
Membangun istana emosi
Itulah keadaan hati kini
Sekali lagi “Dasar Ratu Angkuh!!!”
Jika tak suka mengapa kau merangkulku penuh




Selamat Tinggal
Menjalar bunga hati pohon sepi
Mekar bunga abadi
Tumbuh bersama kelam mengkabut sepi
Memancar hitam mempekat langit
Tapi malah semakin bersemi
Hitam pekat hatipun menjadi mayat
Terselubung akar tetindih jalar
Terbelenggu samar terselubung mekar
Kasih putih cahaya biru
Hanya bagian masalalu
Redup semu tak merayu
Jadi selamat tinggal masalalu





Kejadian Malam Ini
Malam ini sepi lampu mati
Hitam tersenyum menyanyi
Jamdinding berputar kekiri
Tak…tak…tak…
Bunyi jarum berwarna merah petunjuk detik
Do..re…mi.. adikku menyanyi
Sesaat hitam berhenti menyanyi
Mendengarkan Do Re Mi
Tapi kemudian kembali menyanyi
Karna bibir adikku kaembali terkunci
Cape barangkali
Kemudian datang jangkrik berbunyi krik..krik..kriik!!
Hitam kembali hening dan sunyi
Tapi hanya sesaat mulai menyanyi lagi
Karena jangkrik telah mati
Dimakan kodok dekat panci
Itulah kejadian malam ini
Lilin Diatas Asbak Merah
Putih usang diatas asbak merah
Dari atasnya da cahaya merekah
Tak menyerah apalagi mengalah
Memberi sedikit cerah
Saat lampu pijar tak memancar
Saat kesemuan mulai menjalar
Kejam dan mengusir sang putih
Membelenggu ajaibnya lampu
Jadi ratalah disitu semu
Saat itulah siputih usang diasbak merah
Yang tak pernah menyerah kemudian menyala
Mendatangkan kembali warna diantara hitam dan putih
Membuang belenggu semu
Lilin diatas asbak merah
Begitu meekah yang tak pernah mengalah


Ngantuk
Mata sepat tak memancar
Dunia melayang dan semakin samar
Perlahan aku mulai tak mendengar
Tubuh tegap dan sigap perlahan mulai tak menatap
Ngantuk, ngantuk dan ngantuk sekali
Otak tegang perlahan melemas
Jauh, jauh dan jauh terbawa keangan lepas
Melayang dan terbang diatas pulau kapas
Berbaring dan merebah
Melepaskan diri dari amarah,gundah, dan gerah
Membiarkan diri dimakan ngantuk
Biar lepas semua suntuk





Pojok Sepi
Berdiri sediri dipojok sepi
Sendiri mencoba memahami
Hitamnya dari sepi
Hanya bisa berpuisi tapi tak bisa bernyanyi
Hanya sendiri menahan sakit dihati
Karna bunga jauh pergi
Mencari yang dia impi
Memang tak perlu disesali
Walau aku jadi sendiri
Disini diojok sepi







Tolonglah
Hitam kini menyekap
Putih terdesak terperangkap
Memaksa jiwa menahan luka
Beku kembali meronta
Hangatkini berlari
Menyisahkan dingin dihati
Seakan ikut –ikutan setanpun menghasut
“Lupakan semua mimpi
Buat apa menanti
Karna cinta telah mati”
Tapi hati masih setia menanti
Datangnya sang dewi
Tak terhasut walau perih
Tolonglah wahai putih
Kuatlah kembali dan buang hitam
Tolonglah wahai hangat
Beri satu kali lagi kehangatan
Catatan Untuk Embah
Coretan tinta kini kugoreskan
Kutuangkan tulisan catatan untuk embah
Ketika kecil kukenal sesosok bernama embah
Senyum bekunya menggambarkan cinta
Walau tak pernah terucap
Walau begitu kutahu cintanya tertancap
Untuk kami cucu yang semangat
Matanya menerawang tampaklah kewibawaan
Akupun sadar engkaulah sosok kedewasaan
Ditengah kayu kini tubuhmu beku
Hujan turun mengiringi tangis sendu
Sebelum pergi kau ajarkan tentang hidup untukku
Kau tanamkan kerja keras untuk mendapatkan beras
Meski kini kau pergi
Hati ini masih mengaji
Semua ajaran dan semua kenangan yang takan kulupa
Terimakasih Embah

0 komentar: